A. PROSES
PENYUSUNAN PERSONALIA
Penyusunan
personalia adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan perekrutan, penempatan, lahan, dan pengembangan anggota
organisasi. Kegiatan – kegiatan penyusunan personalia berhubungan dengan tugas
– tugas kepemimpinan, motivasi, dan komunikasi. Lalu pembahasannya menjadi
bagian dari fungsi pengarahan. Fungsi tersebut berhubungan dengan fungsi
pengorganisasian. Semua fungsi manajemen saling berkaitan sehingga fungsi
penyusunan personalia harus dilakukan oleh manajer.
Proses Penyusunan PersonaliaProses penyusunan personalia adalah serangkaain kegiatan yang dijalankan secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan personalia organisasi dengan SDM, posisi, dan waktu yang tepat. Proses ini dilaksanakan dalam dua lingkungan yang berbeda yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Unsur – unsurnya terdapat dalam organisasi. Langkah – langkah proses ini mencakup:
1. Perencanaan
sumber daya manusia : dirancang untuk memenuhi
kebutuhan personalia organisasi.
2. Penarikan
: berhubungan dengan pengadaaan calon – calon yang sesuai dengan rencana sumber
daya manusia.
3. Seleksi
: penilaian dan pemilihan para calon personalia.
4. Pengenalan
dan orientasi : dirancang untuk membantu para
calon yang terpilih dapat menyesuaikan diri.
5. Latihan
dan pengembangan : bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan individu dan kelompok demi efektivitas organisasi.
6. Penilaian
pelaksanaan kerja : membandingkan pelaksanaan kerja
perseorangan dan tujuan – tujuan yang dikembangkan untuk posisi tersebut.
7. Pemberian
balas jasa dan penghargaan : digunakan sebagai
kompensasi pelaksanaan kerja dan motivasi untuk pekerjaan selanjutnya.
8. Perencanaan
dan Pengembangan karir : mencakup promosi, demosi, penugasan kembali,
pemecatan, dan pensiun.
B.
Perencanaan Sumber
Daya Manusia
Suatu
organisasi tidak bisa menunggu orang – orang yang mereka butuhkan untuk posisi
tertentu. Mereka harus merencanakan kebutuhan dan memutuskan dimana menemukan
orang – orang yang dicari di masa depan. Perencanaan personalia termasuk dalam
hal ini diperlukan untuk menyediakan macam dan jumlah karyawan yang dibutuhkan
dalam pencapaian organisasi. Ada 3 bagian perencanaan personalia :1.Penentuan
jabatan yang harus di isi, kemampuan karyawan yang dibutuhkan untuk mengisi
posisi tersebut.2.Pemahaman tenaga kerja dimana karyawan pontesial
ada.3.Pertimbangan kondisi permintaan dan penawaran karyawan.
C.
Penarikan dan Seleksi
Karyawan
Setelah
menetukan kebutuhan personalia organisasi, langkah selanjutnya adalah penarikan
karyawan dari sumber internal dan eksternal perusahaan tersebut. Lalu
menyeleksi para calon karyawan yang tersedia dari hasil penarikan.
D.
Penarikan Personalia
Rekruitmen
berhubungan derngan pencarian dan penarikan sejumlah karyawan potensial yang
akan diseleksi untuk memenuhi kebutuhan organisasi, termasuk dengan jabatan –
jabatan yang tersedia.Metode yang digunakan untuk menarik personalia beragam,
dalam industry yang berbeda dan lokasi yang berbeda. Banyak manajer pasif,
hanya menunggu pelamar dan ada pula yang menggunakan pendekatan agresif. Metode
yang biasa digunakan adalah pengiklanan, penggunaan tenaga honorer, rekomendasi
dari karyawan yang bekerja,penarikan melalui lembaga – lembaga pendidikan,
kantor penempatan tenaga kerja, serikat buruh dan penggunaan komputer.
E.
Seleksi Personalia
Seleksi adalah
pemilihan seseorang tertentu dari beberapa kelompok potensial untuk
melaksanakan jabatan tertentu. Secara teori, seleksi tampak sederhana.
Manajemen memutuskan kemampuan individu untuk melaksanakan pekerjaan secara
efektif. Lalu Manajer melihat prestasi pelamar di masa lampau dan memilih
individu yang memenuhi persyaratan suatu jabatan. Tapi dalam prakteknya,
seleksi adalah bagian yang sangat rumit. Prestasi masa lampau merupakan
penunjuk terbaik di masa depan. Yang telah dilakukan di masa lalu (pengalaman
kerja, nilai saat sekolah, kegiatan ekstrakurikuler) adalah unsur yang paling
tepat tentang apa yang akan dilakukan kemudian. Pemilihan karyawan “tepat”
untuk jabatan yang sesuai sangat membantu kemajuan organisasi.Prosedur seleksi
adalah berbagai prosedur untuk membandingkan pelamar dengan syarat jabatan yang
tersedia. Langkah – langkah yang biasa digunakan dalam seleksi adalah:
- Wawancara pendahuluan
- Pengumpulan data pribadi
- Pengujian
- Wawancara yang lebih mendalam
- Pemeriksaan referensi prestasi
- Pemeriksaan kesehatan
- Keputusan pribadi
- Orientasi jabatan
F. Latihan
dan Pengembangan Karyawan
Karyawan baru biasanya telah memiliki pendidikan dan latihan dasar yang diperlukan. Hal itu mereka dapat dari suatu sistem pendidikan dan pengalaman yang berbuah kemampuan dan kecakapan tertentu. Manajer harus memulai dengan kondisi yang sekarang untuk membuat karyawan lebih produktif.Latihan dan pengembangan karyawan bertujuan untuk memperbaiki efektifitas kerja untuk mencapai tujuan. Latihan digunakan untuk memperbaiki penguasaan ketrampilan – ketrampilan dan teknik peleksanaan pekerjaan tertentu. Pengembangan meliputi peningkatan kemampuan, sikap dan sifat kepribadian. Pengembangan dapat terjadi secara formal atau informal.Pengembangan karyawan sangat dibutuhkan bagi individu atau organisasi. Akibat dari pertumbuhan dan perkembangan organisasi adalah organisasi harus mengeluarkan biaya pengembangan karyawannya, dan juga ‘harga’ yang harus dibayar karena pemborosan, pekerjaan yang buruk, keluhan dan rotasi karyawan.Hasil dari pengembangan adalah meningkatka kepuasan kerja karyawan, karyawan menjadi lebih percaya diri, dan juga memberi nilai tambah bagi masyarakat dan rekan kerja. Manusia seharusnya tidak boleh berhenti belajar karena belajar adalah suatu proses seumur hidup. Maka, pengembangan karyawan harus dinamis dan berkesinambungan.
Metoda –
Metoda Latihan dan Pengembangan Pada umumnya karyawan dikembangkan dengan
konsep ‘on the job’ dan ‘off the job’.•Metoda ‘on the job’ (yang biasa
digunakan)
- Coaching (atasan memberi arahan pada bawahan dalam pekerjaan rutin mereka)
- Planned progression (pemindahan karyawan dalam saluran yang ditentukan melalui tingkatan organisasi yang berbeda)
- Rotasi jabatan ( pemindahan karyawan melalui jabatan – jabatan yang bervariasi)
- Penugasan sementara (bawahan ditetapkan pada posisi manajemen tertentu dengan jangka waktu yang ditetapkan)
- Sistem penilaian prestasi formal
Banyak
perusahaan besar memperoleh manfaat dengan program pengembangan ‘on the job’.
Adapun pengembangan ‘off the job’ dilakukan dengan cara:
1. Program
– program pengembangan ekslusif (para manajer berpartisipasi dalam program yang
dibuka untuk umum melalui penggunaan analisa kasus, simulasi dan metode
pengajaran lainnya)
2. Latihan
laboratorium (seseorang belajar menjadi lebih sensitive terhadap orang lain,
lingkungan, dsb.)
3. Pengembangan
organisasi (mengutamakan tentang perubahan, pertumbuhan dan pengembangan total
organisasi)
Pemberian
Kompensasi Pada Karyawan
Kompensasi
adalah pemberian finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan
dan motivator untuk melaksanakan pekerjaan yang akan dating. Hal ini adalah
masalah yang membingungkan bagi personalia karena mempengaruhi sudut pandangan
para karyawan.
Penetuan KompensasiTiga faktor penentu praktek mnajemen dan kebijaksanaan :
Penetuan KompensasiTiga faktor penentu praktek mnajemen dan kebijaksanaan :
- Kesediaan membayar. (memberi upah secara adil adalah pernyataan yang tidak berlebihan bagi para manajer. Karena itu manajer, berharap bahwa karyawan bekerja sesuai upah yang mereka terima. Manajer juga harus memotivasi bawahannya agar upah yang lebih dapat mereka terima)
- Kemampuan membayar. (dalam jangka panjang, realisasi pemberian kompensasi tergantung pada kemampuan finansial dari perusahaan. Faktor penurunan produktivitas karyawan dan inflasi akan mempengaruhi pendapatan nyata karyawan)
- Perayaratan – persyaratan pembayaran. (dalam jangka pendek, penggajian sangat terganting pada tekanan eksternal, contoh, pemerintah, organisasi karyawan, kondidi permintaan dan penawaran SDM dan pesaing)
Handoko,
Hani, Manajemen edisi 2 ,BP7E – Yogyakarta, Yogyakarta 2003
penetapan,
pemberitahuan latihan, dan pengembangan anggota-anggota organisasi. Dalam bab
ini akan dibahas bagaimana organisasi menentukan kebutuhan sumber daya manusia
sekarang dan di waktu yang akan datang.
Kegiatan-kegiatan
penyusunan personalia sangat erat hubungannya dengan tugas-tugaskepemimpinan,
motivasi, dan komunikasi, sehingga pembahasannya sering ditempatkan sebagai
bagian dari fungsi pengarahan. Tetapi fungsi ini berhubungan ert denganfungsi
pengorganisasian, dimana
pengorganisasian mempersiapkan ´ kendaraan ´-nya dan peyusunan
personalia mengisi ´ pengemudi ´-nya
yang sesuai gengan posisi kerja yang ada. Akhirnya, fungsi penyusunan
personalia harus dilaksanakan oleh semua manajer, baik mereka mengolah
perusahan besar ataupun menjadi pemilik perusahan kecil.
PROSES PENYUSUNAN PERSONALIA
Proses
penyusunan personalia (staffing process) dapan dipandang sebagai serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan terus menerus untuk menjaga pemenuhan kebutuhan
personalia organisasi dengan orang-orang yang tepat dalam posisi-posisi tepat
dan pada waktu yang tepat. Fungsi ini dilaksanakan dalam dua tipe lingkungan
yang berbeda. Pertama, lingkungan eksternal yang meliputi seluruh faktor di
luar organisasi yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhinya. Kedua
lingkungan internal, yang terdiri dari unsur-unsur di dalam organisasi.
Langkah-langkah
proses ini mencakup:
1.
perencanaan sumber daya manusia, yang dirancang untuk menjamin keajegan dan
pemenuhan
kebutuhan
personalia organisasi.
2.
Penarikan, yang berhubungan dengan pengadaan calon-calon personalia segaris
dengan
rencana
sumber daya manusia.
3.
Seleksi, mencakup penilaian dan pemilihan di antara calon-calon personalia.
4.
Pengenalan dan orientasi, yang dirancang untuk membantu individu-individu yang
terpilih
menyesuaikan
diri dengan lancar dalamo rgan isa si.
5. Latihan dan pengembangan
5. Latihan dan pengembangan
-
PENGERTIAN PERENCANAAN SDM
Sumber
daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang
dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk
memenuhi kepuasannya.
Andrew E.
Sikula (1981;145) mengemukakan bahwa:
“Perencanaan sumber daya manusia
atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan kebutuhan
tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya
berinteraksi dengan rencana organisasi”.
George Milkovich dan Paul C. Nystrom
(Dale Yoder, 1981:173) mendefinisikan bahwa:
“Perencanaan tenaga kerja adalah
proses peramalan, pengembangan, pengimplementasian dan pengontrolan yang
menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai
secara benar, waktu yang tepat, yang secara otomatis lebih bermanfaat”.
Perencanaan SDM merupakan proses
analisis dan identifikasi tersedianya kebutuhan akan sumber daya manusia
sehingga organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.
1. Kepentingan Perencanaan SDM
Ada tiga kepentingan dalam
perencanaan sumber daya manusia (SDM), yaitu:
- Kepentingan Individu.
- Kepentingan Organisasi.
- Kepentingan Nasional.
2. Komponen-komponen Perencanaan SDM
Terdapat beberapa komponen yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan SDM, yaitu:
- Tujuan
Perencanaan
SDM harus mempunyai tujuan yang berdasarkan kepentingan individu, organisasi
dan kepentingan nasional. Tujuan perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang
ada untuk kebutuhan perusahaan pada masa yang akan datang untuk menghindari
mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
Perencanaan
Organisasi
Perencanaan
Organisasi merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengadakan
perubahan yang positif bagi perkembangan organisasi. Peramalan SDM dipengaruhi
secara drastis oleh tingkat produksi. Tingkat produksi dari perusahaan penyedia
(suplier) maupun pesaing dapat juga berpengaruh. Meramalkan SDM, perlu
memperhitungkan perubahan teknologi, kondisi permintaan dan penawaran, dan
perencanaan karir.
Kesimpulannya,
PSDM memberikan petunjuk masa depan, menentukan dimana tenaga kerja diperoleh,
kapan tenaga kerja dibutuhkan, dan pelatihan dan pengembangan jenis apa yang
harus dimiliki tenaga kerja. Melalui rencana suksesi, jenjang karier tenaga
kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang konsisten dengan
kebutuhan suatu organisasi.
- Syarat –
syarat perencanaan SDM
Harus
mengetahui secara jelas masalah yang akan direncanakannya.
Harus
mampu mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang SDM.
Harus
mempunyai pengalaman luas tentang job analysis, organisasi dan situasi
persediaan SDM.
Harus
mampu membaca situasi SDM masa kini dan masa mendatang.
Mampu
memperkirakan peningkatan SDM dan teknologi masa depan.
Mengetahui
secara luas peraturan dan kebijaksanaan perburuhan pemerintah.
3. Proses
perencanaan SDM
Strategi
SDM adalah alat yang digunakan untuk membantu organisasi untuk mengantisipasi
dan mengatur penawaran dan permintaan SDM. Strategi SDM ini memberikan arah
secara keseluruhan mengenai bagaimana kegiatan SDM akan dikembangkan dan
dikelola.
Pengembangan
rencana SDM merupakan rencana jangka panjang. Contohnya, dalam perencanaan SDM
suatu organisasi harus mempertimbangkan alokasi orang-orang pada tugasnya untuk
jangka panjang tidak hanya enam bulan kedepan atau hanya untuk tahun kedepan.
Alokasi ini membutuhkan pengetahuan untuk dapat meramal kemungkinan apa yang
akan terjadi kelak seperti perluasan, pengurangan pengoperasian, dan perubahan
teknologi yang dapat mempengaruhi organisasi tersebut.
Prosedur
perencanaan SDM
Menetapkan
secara jelas kualitas dan kuantitas SDM yang dibutuhkan.
Mengumpulkan
data dan informasi tentang SDM.
Mengelompokkan
data dan informasi serta menganalisisnya.
Menetapkan
beberapa alternative.
Memilih
yang terbaik dari alternative yang ada menjadi rencana.
Menginformasikan
rencana kepada para karyawan untuk direalisasikan.
Metode
PSDM ,dikenal atas metode nonilmiah dan metode ilmiah. Metode nonilmiah
diartikan bahwa perencanaan SDM hanya didasarkan atas pengalaman, imajinasi,
dan perkiraan-perkiraan dari perencanaanya saja. Rencana SDM semacam ini
risikonya cukup besar, misalnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja tidak
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Akibatnya timbul mismanajemen dan
pemborosan yang merugikan perusahaan.
Metode
ilmiah diartikan bahwa PSDM dilakukan berdasarkan atas hasil analisis dari
data, informasi, dan peramalan (forecasting) dari perencananya. Rencana SDM
semacam ini risikonya relative kecil karena segala sesuatunya telah
diperhitungkan terlebih dahulu.
4.
Pengevaluasian Rencana SDM
Jika
perencanaan SDM dilakukan dengan baik, akan diperoleh keuntungan-keuntungan
sebagai berikut:
Manajemen
puncak memiliki pandangan yang lebih baik terhadap dimensi SDM atau terhadap
keputusan-keputusan bisnisnya.
Biaya SDM
menjadi lebih kecil karena manajemen dapat mengantisipasi ketidakseimbangan
sebelum terjadi hal-hal yang dibayangkan sebelumnya yang lebih besar biayanya.
Tersedianya
lebih banyak waktu untuk menempatkan yang berbakat karena kebutuhan dapat
diantisipasi dan diketahui sebelum jumlah tenaga kerja yang sebenarnya
dibutuhkan.
Adanya
kesempatan yang lebih baik untuk melibatkan wanita dan golongan minoritas
didalam rencana masa yang akan datang.
Pengembangan
para manajer dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Kendala-kendala
PSDM
1. Standar
kemampuan SDM
Standar
kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi kemampuan SDM hanya
berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang sifatnya subjektif. Hal ini
menjadi kendala yang serius dalam PSDM untuk menghitung potensi SDM secara
pasti.
2. Manusia
(SDM) Mahluk Hidup
Manusia
sebagai mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti mesin. Hal ini
menjadi kendala PSDM, karena itu sulit memperhitungkan segala sesuatunya dalam
rencana. Misalnya, ia mampu tapi kurang mau melepaskan kemampuannya.
3. Situasi
SDM
Persediaan,
mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang mendukung kebutuhan SDM perusahaan.
Hal ini menjadi kendala proses PSDM yang baik dan benar.
4.
Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah
Kebijaksanaan
perburuhan pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA, dan kendala lain
dalam PSDM untuk membuat rencana yang baik dan tepat.
BAB II PEMBAHASAN
A. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan
Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun
pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya
hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan).
Terjadinya
kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan faktor
manusia. Oleh sebab itu kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari kesehatan kerja.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat
dari kerja.
Konsepsi penyebab kecelakaan kerja, yaitu:
1. Sebelum Revolusi Industri :
Kecelakaan
itu terjadi karena nasib semata-mata, sehingga pada waktu itu belum ada usaha
secara rasional yang diarahkan untuk mencegah kecelakaan.
2. Zaman Revolusi Industri tahun 1931 :
Herbert W
Heinrich memprakarsai teori dasar penyebab dan pencegahan kecelakaan atau yang
dikenal dengan teori “Domino
Kecelakaan”. Dia mengatakan bahwa sebagian besar kecelakaan ( ± 80% )
disebabkan karena faktor manusia atau dengan perkataan lain tindakan tidak aman
dari manusia.
Berdasarkan
konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari sudut keselamatan
kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu:
1.
Manusia.
2.
Manajemen (unsur pengatur).
3.
Material (bahan-bahan).
4.
Mesin (peralatan).
5.
Medan (tempat kerja/lingkungan kerja).
Semua
unsur tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu sistem tersendiri.
Ketimpangan pada salah satu atau lebih unsur tersebut akan menimbulkan
kecelakaan/kerugian. Berikut contoh bentuk-bentuk ketimpangan unsur 5M tersebut
:
1. Unsur
Manusia, antara lain :
a. Tidak
adanya unsur keharmonisan antar tenaga kerja maupun dengan pimpinan.
b. Kurangya
pengetahuan / keterampilan.
c. Ketidakmampuan
fisik / mental.
d. Kurangnya
motivasi.
2. Unsur
Manajemen, antara lain :
a.
Kurang pengawasan.
b.
Struktur organisasi yang tidak jelas dan kurang tepat.
c.
Kesalahan prosedur operasi.
d.
Kesalahan pembinaan pekerja.
3.
Unsur
Material, antara lain :
a.
Adanya bahan beracun / mudah terbakar.
b.
Adanya bahan yang mengandung korosif.
4.
Unsur
Mesin, antara lain :
a.
Cacat pada waktu proses pembuatan.
b.
Kerusakan karena pengolahan.
c.
Kesalahan perencanaan.
5.
Unsur
Medan, antara lain :
a.
Penerangan tidak tepat (silau atau gelap).
b.
Ventilasi buruk dan housekeeping
yang jelek.
Pada umumnya kecelakaan terjadi
karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas
dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja
keselamatan dalam industri konstruksi.
Para
pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan
beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Berdasarkan
uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam unsur
5M, yang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu
Manusia, Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam
melaksanakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan
kepada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu :
1. Pendekatan
terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :
a.
Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh
keserasian antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.
b.
Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang
relevan dengan pekerjaannya.
c.
Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak
sesuai dengan keperluan perusahaan.
d.
Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap
dan jelas.
e.
Pengawasan dan disiplin yang wajar.
2. Pendekatan
terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :
a.
Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi,
peralatan kilang, mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.
b. Pengelolaan
penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan, penyusunan, penyimpanan dan
penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai dengan standar keselamatan kerja
yang berlaku.
c.
Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk
pekerja.
d. Pembuangan
sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.
e.
Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan
manusia.
3. Pendekatan
terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh level
manajemen, antara lain :
a.
Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.
b.
Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian
tanggung jawab.
c.
Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi
sistem/prosedur kerja yang benar.
d.
Pembuatan sistem pengendalian bahaya.
e.
Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan
pekerja yang terpadu.
f.
Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
g.
Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan
yang ada.
Lebih
spesifiknya, pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan upaya:
1. Peraturan
perundangan
2. Standarisasi
3. Pengawasan
4. Penelitian
teknik
5. Riset
medis
6. Penelitian
psikologis
7. Penelitian
secara statistik
8. Pendidikan
9. Latihan-latihan
10. Penggairahan
11. Asuransi
Ada beberapa teori yang berkembang
untuk menjelaskan penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
1. Teori
Domino Heinrich
Dalam
Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling
berhubungan:
a.
Kondisi kerja;
b.
Kelalaian manusia;
c.
Tindakan tidak aman;
d.
Kecelakaan;
e.
Cedera.
Kelima
faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu
jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh
secara bersama.
Menurut
Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan
tidak aman sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan. Menurut
penelitian yang dilakukannya, tindakan tidak aman ini menyumbang 98% penyebab
kecelakaan.
Dengan
penjelasannya ini, Teori Domino Heinrich menjadi teori ilmiah pertama yang
menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan tidak lagi dianggap sebagai
sekedar nasib sial atau karena peristiwa kebetulan.
2. Teori
Swiss Cheese Model
Di teori ini, James Reason membagi penyebab
kelalaian/kesalahan manusia menjadi 4 tingkatan:
a.
Tindakan tidak aman (unsafe acts);
b.
Pra-kondisi yang dapat menyebabkan tindakan tidak aman
(preconditions for unsafe acts);
c.
Pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision);
d.
Pengaruh organisasi (organizational influences).
Berbeda
dengan teori Domino Heinrich, Swiss Cheese Model memberikan informasi perihal
bagaimana suatu tindakan tidak aman dapat terjadi.
Dalam
berbagai aspek, teori ini mampu memberi banyak sumbangan atas pencegahan
kecelakaan kerja. Agar kecelakaan dapat dicegah, manajemen mesti mengenali
secara spesifik kemungkinan terjadinya kelalaian/kesalahan manusia pada tiap
tahapan pekerjaan yang dilakukan karyawan.
Melalui
pendekatan ini, karyawan tidak lagi menjadi pihak yang selalu dipersalahkan
jika suatu kecelakaan terjadi. Melalui Swiss Cheese Model, manajemen yang
justru dituntut untuk melakukan segala upaya yang diperlukan untuk melindungi
karyawannya.
Berdasarkan
pada standar OSHA tahun 1970, semua luka yang diakibatkan oleh kecelakaan dapat
dibagi menjadi:
1. Perawatan
ringan
Perawatan
ringan merupakan suatu tindakan/ perawatan terhadap luka kecil berikut
observasinya, yang tidak memerlukan perawatan medis (medical treatment)
walaupun pertolongan pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedis.
Perawatan ringan ini juga merupakan perawatan dengan kondisi luka ringan, bukan
tindakan perawatan darurat dengan luka yang serius dan hanya satu kali
perawatan dengan observasi berikutnya.
2.
Perawatan Medis
Perawatan
Medis merupakan perawatan dengan tindakan untuk perawatan luka yang hanya dapat
dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter ataupun paramedis. Yang
dapat dikategorikan perawatan medis bila hanya dapat dilakukan oleh tenaga
medis yang pofesional: terganggunya fungsi tubuh seperti jantung, hati, penurunan
fungsi ginjal dan sebagainya; berakibat rusaknya struktur fisik dan berakibat
komplikasi luka yang memerlukan perawatan medis lanjutan.
3.
Tiga Hari Kerja yang Hilang
Hari kerja
yang hilang ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat
mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit
akibat pekerjaan yan dideritanya. Hari kerja hilang ini dapat dibagi menjadi
dua macam :
a.
Jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua
hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi
pekerjaannya karena kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang
dideritanya.
b. Jumlah
hari kerja dengan aktivitas terbatas (days of restricted activities), yaitu
semua kerja dimana seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit
akibat pekerjaan yang dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau
pekerja tetap bekerja pada tempatnya tetapi tidak dapat mengerjakan secara
normal seluruh tugasnya. Untuk kedua kasus diatas, terdapat pengecualian pada
hari saat kecelakaan atau saat terjadinya sakit, hari libur, cuti, dan hari
istirahat.
4. Kematian
Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa memandang waktu
yang sudah berlalu antara saat terjadinya kecelakaan kerja aaupun sakit yang
disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya, dan saat si korban meninggal.
Near
miss adalah kondisi atau situasi dimana kecelakaan hampir terjadi. Secara
sederhana dapat diterjemahkan menjadi “hampir celaka”. Jika suatu “nearly miss”
terjadi maka sudah pasti kecelakaan telah terjadi (bukan hampir celaka)
sehingga kemungkinan menyatakan bahwa hampir celaka lebih diwakili oleh Near
Hit. Meskipun demikian, near miss lebih dikenal secara universal. Oleh karena
itu saya tetap menggunakan istilah near miss dalam posting ini.
Near
miss pada dasarnya menunjukan potensi kecelakaan yang akan terjadi. Hal ini
dikemukakan pertama kali oleh Heinrich yang melakukan penelitian statistik atas
kecelakaan dan membuat sebuah piramida kecelakaan atau saat ini lebih dikenal
dengan istilah rasio kecelakaan. Hasil penelitian ini kemudian disempurnakan
pada tahun 1960 oleh seorang spesialis asuransi industri bernama Frank Bird.
Rasio
kecelakaan yang dipaparkan oleh Frank Bird adalah sebagai berikut:
Dalam
pemaparannya, Bird menyatakan bahwa kecelakaan pada prinsipnya memiliki pola
dimana semua jenis kecelakaan diawali dari near miss. Berdasarkan hasil
penelitiannya, Bird menyatakan bahwa dalam setiap 600 buah kasus near miss akan
terdapat 30 kasus kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan peralatan, 10 kasus
kecelakaan yang mengakibatkan cidera ringan, hingga 1 buah kasus kematian atau
cidera serius akibat kecelakaan.
B. Keselamatan Kerja
Keselamatan
kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan, tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan kerja. Hal ini merupakan sarana utama untuk pencegahan
kerugian; cacat dan kematian sebagai kecelakaan kerja, kebakaran, dan ledakan.
Tujuan
keselamatan kerja adalah melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan
efisiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit.
Sasaran
keselamatan meliputi tempat kerja, yaitu darat, udara, dalam tanah, permukaan
air, dan dalam air. Hal ini mencakup proses produksi dan distribusi (barang dan
jasa). Sasaran keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi TK dan orang lain
yang berada di tempat kerja, terjadinya kecelakaan kerja, peledakan, penyakit
akibat kerja, kebakaran, dan polusi yang memberi dampak negatif terhadap
korban, keluarga korban, perusahaan, teman sekerja korban, pemerintah, dan
masyarakat.
Peranan
keselamatan kerja terbagi atas:
a.
Aspek teknis: Upaya preventif untuk mencegah timbulnya
resiko kerja.
b. Aspek
Hukum: Sebagai perlindungan bagi tenaga kerja (TK) dan orang lain di tempat
kerja.
c.
Aspek ekonomi: Untuk efisiensi.
d. Aspek
sosial: Menjamin kelangsungan kerja dan penghasilan bagi kehidupan yang layak.
e.
Aspek kultural: Mendorong terwujudnya sikap dan perilaku
yang disiplin, tertib, cermat, kreatif, inovatif, dan penuh tanggung jawab.
C. Alat Pelindung Diri
(APD)
Sejumlah
kecederaan serius sebenarnya dapat kita cegah kalau kita taat kepada semua
peraturan dan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Namun sayangnya
masih ada beberapa karyawan yang harus disadarkan bahwa safety talk dan
pelatihan mengenai keselamatan kerja bukan omong kosong atau obrolan tanpa
makna, akan tetapi merupakan tugas yang benar-benar harus dilaksanakan.
Alat
pelindung diri adalah seperangkat alat yang wajib digunakan oleh tenaga kerja
untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui
Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia.
APD
dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila
usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan
baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun
sebagai usaha akhir.
Adapun
bentuk dari alat tersebut adalah :
1.
Safety Helmet : Berfungsi
sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
2.
Tali Keselamatan (safety belt) : Berfungsi
sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan
lain yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain)
3.
Sepatu Karet (sepatu boot) : Berfungsi
sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
4.
Sepatu pelindung (safety shoes) : Seperti
sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal
dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
5.
Sarung Tangan : Berfungsi
sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang
dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan
dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
6.
Tali Pengaman (Safety Harness) : Berfungsi
sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di
ketinggian lebih dari 1,8 meter.
7.
Penutup Telinga (Ear Plug / Ear
Muff) : Berfungsi sebagai pelindung telinga
pada saat bekerja di tempat yang bising.
8.
Kaca Mata Pengaman (Safety
Glasses) : Berfungsi sebagai pelindung mata
ketika bekerja (misalnya mengelas).
9.
Masker (Respirator) : Berfungsi
sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas
udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
10.
Pelindung wajah (Face Shield) : Berfungsi
sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan
menggerinda)
11.
Jas Hujan (Rain Coat) : Berfungsi
melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau
sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan
sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar
keselamatan kerja (K3L 'Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan').
Adapun metode penentuan APD, yaitu;
1. Melalui
pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai
2. Telaah
data-data kecelakaan dan penyakit
3. Belajar
dari pengalaman industri sejenis lainnya
4. Bila
ada perubahan proses, mesin, dan material
5. Peraturan
perundangan
Sedangkan kriteria APD, yaitu:
1. Hazard
telah diidentifikasi.
2. APD
yang dipakai sesuai dengan hazard yang dituju.
3. Adanya
bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya.
Kewajiban
penggunaan alat pelindung diri bagi para pekerja sudah disepakati oleh
pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Mengenai dasar hukum penggunaan APD, dapat dilihat sebagai berikut:
1. Undang-undang
No.1 tahun 1970.
a.
Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD
b.
Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan
dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c.
Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.Pasal 14 butir c:
Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-Cuma.
2. Permenakertrans
No.Per.01/MEN/1981
Pasal
4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan
wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat
kerja.
3. Permenakertrans
No.Per.03/MEN/1982
Pasal
2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan
tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
4. Permenakertrans
No.Per.03/Men/1986
Pasal
2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat
pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan,
kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan
DAFTAR PUSTAKA
Aryan.
2006. Near Miss dan Rasio Kecelakaan.
http://aryanugraha.wordpress.com/2006/07/19/near-miss-dan-rasio-kecelakaan/. (20 Sep 2012)
Assunnah.
2008. Pencegahan Kecelakaan Kerja. (20 Sep 2012)
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIER
Mei
18, 2012 pada 8:46 am (kuliah)
A.
Perencanaan Karier
1. Pengertian perencanaan karier
Karier adalah semua jabatan/pekerjaan yang dimiliki/dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Perencanaan karier adalah suatu perencanaan tentang kemungkinan seorang karyawan suatu organisasi atau perusahaan sebagai individu meniti proses kenaikan pangkat atau jabatan sesuai persyaratan dan kemampuannya.
Menurut kol. Susilo Martoto, perencanaan karier adalah suatu perencanaan tentang kemungkinan-kemungkinan seorang karyawan/anggota organisasi sebagai individu meniti proses kenaikan pangkat/jabatan sesuai persyaratan dan kemampuannya.
Keberhasilan karier seseorang dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Pendidikan formalnya
b. Pengalaman kerjanya
c. Sikap atasannya
d. Prestasi kerjanya
e. Bobot pekerjaanya
f. Adanya lowongan jabatan
g. Produktifitas kerjanya
2. Ruang lingkup perencanaan karier
Ruang lingkup perencanaan karier mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Perencanaan jenjang jabatan atau pangkat karyawan
Terdapat piramida kepangkatan yang serasi sesuai dengan prinsip rentang kendali (span of control) dalam suatu organisasi/perusahaan karena Semakin tinggi pangkat, semakin terbatas pula jumlah personil yang menduduki kepangkatan tersebut.
Perencanaan jenjang jabatan atau pangkat karyawan perlu memperhatikan faktor-faktor diantaranya: sifat tugas, beban tugas dan tanggung jawab yang dipikul pejabat yang bersangkutan.
1. Pengertian perencanaan karier
Karier adalah semua jabatan/pekerjaan yang dimiliki/dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Perencanaan karier adalah suatu perencanaan tentang kemungkinan seorang karyawan suatu organisasi atau perusahaan sebagai individu meniti proses kenaikan pangkat atau jabatan sesuai persyaratan dan kemampuannya.
Menurut kol. Susilo Martoto, perencanaan karier adalah suatu perencanaan tentang kemungkinan-kemungkinan seorang karyawan/anggota organisasi sebagai individu meniti proses kenaikan pangkat/jabatan sesuai persyaratan dan kemampuannya.
Keberhasilan karier seseorang dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Pendidikan formalnya
b. Pengalaman kerjanya
c. Sikap atasannya
d. Prestasi kerjanya
e. Bobot pekerjaanya
f. Adanya lowongan jabatan
g. Produktifitas kerjanya
2. Ruang lingkup perencanaan karier
Ruang lingkup perencanaan karier mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Perencanaan jenjang jabatan atau pangkat karyawan
Terdapat piramida kepangkatan yang serasi sesuai dengan prinsip rentang kendali (span of control) dalam suatu organisasi/perusahaan karena Semakin tinggi pangkat, semakin terbatas pula jumlah personil yang menduduki kepangkatan tersebut.
Perencanaan jenjang jabatan atau pangkat karyawan perlu memperhatikan faktor-faktor diantaranya: sifat tugas, beban tugas dan tanggung jawab yang dipikul pejabat yang bersangkutan.
b.
Perencanaan tujuan-tujuan organisasi/perusahaan.
Tujuan-tujuan organisasi mulai dari tingkat teratas sampai dengan eselon-eselon dibawahnya, akan menentukan jalur karir anggota organisasi bersangkutan. Disinilah kemampuan intelektual maupun kepribadian kepemimpinan akan diuji, untuk dapat meniti karier tersebut.
Tujuan organisasi sangat penting dirumuskan agar setiap anggota organisasi mempunyai tujuan yang jelas terarah. Dari tujuan organisasi akan dapat ditentukan:
1) Besar kecilnya misi organisasi
2) Berat ringannya tugas pekerjaan
3) Spesifikasi pekerjaan yang perlu dirumuskan
4) Jenis kelompok pekerjaan yang perlu disusun
5) Kuantitas dan kualitas personel yang diperlukan
Jenjang karier seseorang akan menunjang kepentingan dan atau tujuan-tujuan organisasi/perusahaan yang telah disiapkan.
Manfaat perencanaan karier adalah:
• Mengembangkan para karyawan yang dapat dipromosikan (potensial)
• Menurunkan perputaran karyawan
• Mengungkap potensi kayawan
• Mendorong pertumbuhan
• Mengurangi penimbunan
• Memuaskan kebutuhan karyawan
• Membantu pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang telah disetujui
3. Penyusunan perencanaan karier
Terdapat empat hal pokok dalam penyusunan perencanaan karier yaitu jabatan pokok, pola jalur karier bertahap, jabatan struktural, dan tenggang waktu jabatan.
a) Jabatan pokok dan jabatan penunjang
Jabatan pokok adalah jabatan yang fungsi dan tugas pokoknya menunjang langsung tercapainya sasaran pokok organisasi/perusahaan. Misalnya dalam dunia pendidikan jabatan pokoknya adalah bidang jabatan yang menangani operasional pendidikan dan pengajaran.
Jabatan penunjang adalah jabatan yang fungsi dan tugas-tugasnya menunjang/membantu tercapainya sasaran pokok organisasi. Jabatan penunjang dalam dunia pendidikan adalah bagian umum dan bagian keuangan.
b) Pola jalur karier bertahap
Pola jalur karir bertahap adalah suatu pola yang menunjukkan urutan berjenjang dan bertahap dari jabatan-jabatan dalamstruktur organisasi yang membentuk karier seseorang. Disini sangat diperhatikan latar belakang pendidikan dan pengalaman tugas dari masing-masing individu.
c) Jabatan struktural
Jabatan struktural adalah jabatan karier, artinya jenjang jabatan yang diperuntukkan bagi mereka yang diarahkan kejenjang lebih tinggi dalam organisasi. Disini sangat diperlukan kematangan psikologis dan kemantapan kemampuan pribadi masing-masing.
d) Tenggang waktu
Masa jabatan seseorang dalam organisasi sebaiknya ditentukan secara tegas dan tepat.
4. Pertimbangan dan perencanaan karier
a. Masa jabatan yang singkat
Jika seseorang memangku jabatan cukup singkat akan mengakibatkan:
1) Mereka belum mengenal dan menghayati pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
2) Belum terselesainya program kerja yang mungkin sudah ditetapkan
3) Penghayatan pada jabatan sebelumnya belum mendalam,tetapi sudah menyiapkan diri untuk tugas baru
4) Menimbulkan pertanyaan yang tidakmudah untuk dijawab untuk mengetahui penyebabnya.
b. Masa jabatan yang terlalu lama
Masa jabatan yang terlalu lama juga menimbulkan gejala yang tidak sehat, akibat-akibatnya antara lain:
1) Adanya rasa bosan karena kurang bervariasi
2) Sikap pasif dan apatis sehingga menurunnya motivasi dan inisiatif dalam bekerja
3) Kurang munculnya ide-ide baru/kreatifitas karena kurangnya tantangan yang berarti
4) Menimbulkan iklim kerja yang statis
c. Keinginan pindah jabatan
Berbagai penyebab keinginan pindah jabatan antara lain:
1) Seseorang yang terlalu lamamenjebat didaerah terpencil sehingga tidakmudah mengembangkan diri
2) Perasaan kurang tepat pada jabatannya sekarang
3) Merasa bahwa jabatan sekarang sekedar batu loncatan untukmeniti karier lebih lanjut
5. Informasi dan konseling pada perencanaan karier
a. Informasi karier
Adanya informasi/penjelasan yang lengkap tentang perencanaan karier bagi para anggota organisasi/karyawan memudahkan anggota organisasi untuk mengetahui ketentuan, persyaratan, jenjang/arah karier dalam organisasi. Pemberian informasi karier dapat dilakukan melalui ceramah, pidato pengarahan, surat edaran, lokakarya, seminar, social meeting, dan sebagainya.
b. Konseling karier
Menurut T. Hani Handoko, pembimbing karier perlu menyadari bahwa karier merupakan bagian dari rencana hidup seseorang sehingga rencana karier yang ditetapkan seharusnya adalah bagian integral dari rencana hidupnya. Sehingga perlu adanya bimbingan karier untuk penilaian pribadi dalam suatu organisasi. Penilaian pribadi tersebut meliputi minat, bakat, kemampuan, motivasi, semangat, ketrampilan, dan moral seseorang.
6. Manfaat perencanaan karier
Manfaat perencanaan karier dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Mengembangkan karyawan yang dapat dpromosikan. Perencanaan karir dapat membantu suplai karyawan internal terutama karyawan yang potensial.
b. Menurunkan perputaran karyawan (turnover). Perhatian terhadap karir individual dapat meningkatkan loyalitas pada organisasi tempat mereka bekerja.
c. Mengungkap potensi karyawan. Adanya perencanaan karir yang jelas mendorong individu untuk menggali potensi masing-masing untuk mencapai sasaran karir yang diinginkan.
d. Mendorong perubahan. Perencanaan karir yang baik mendorong semangat kerja karyawan dan motivasi kerja dapat dipelihara.
e. Mengurangi penimbunan. Perencanaan karir dapat membantu karyawan yang tidak berkualifikasi untuk maju.
f. Memuaskan kebutuhan karyawan. Perencanaan karir berarti adanya pengakuan dan penghargaan terhadap individu karyawan.
g. Membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan karyawan yang telah disetujui. Perencanaan karier yang efektif dan realistis mendorong para pekerja dapat lebih proaktif dan dapat mengantisipasi setiap masalah dan tantangan secara lebih baik.
Tujuan-tujuan organisasi mulai dari tingkat teratas sampai dengan eselon-eselon dibawahnya, akan menentukan jalur karir anggota organisasi bersangkutan. Disinilah kemampuan intelektual maupun kepribadian kepemimpinan akan diuji, untuk dapat meniti karier tersebut.
Tujuan organisasi sangat penting dirumuskan agar setiap anggota organisasi mempunyai tujuan yang jelas terarah. Dari tujuan organisasi akan dapat ditentukan:
1) Besar kecilnya misi organisasi
2) Berat ringannya tugas pekerjaan
3) Spesifikasi pekerjaan yang perlu dirumuskan
4) Jenis kelompok pekerjaan yang perlu disusun
5) Kuantitas dan kualitas personel yang diperlukan
Jenjang karier seseorang akan menunjang kepentingan dan atau tujuan-tujuan organisasi/perusahaan yang telah disiapkan.
Manfaat perencanaan karier adalah:
• Mengembangkan para karyawan yang dapat dipromosikan (potensial)
• Menurunkan perputaran karyawan
• Mengungkap potensi kayawan
• Mendorong pertumbuhan
• Mengurangi penimbunan
• Memuaskan kebutuhan karyawan
• Membantu pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang telah disetujui
3. Penyusunan perencanaan karier
Terdapat empat hal pokok dalam penyusunan perencanaan karier yaitu jabatan pokok, pola jalur karier bertahap, jabatan struktural, dan tenggang waktu jabatan.
a) Jabatan pokok dan jabatan penunjang
Jabatan pokok adalah jabatan yang fungsi dan tugas pokoknya menunjang langsung tercapainya sasaran pokok organisasi/perusahaan. Misalnya dalam dunia pendidikan jabatan pokoknya adalah bidang jabatan yang menangani operasional pendidikan dan pengajaran.
Jabatan penunjang adalah jabatan yang fungsi dan tugas-tugasnya menunjang/membantu tercapainya sasaran pokok organisasi. Jabatan penunjang dalam dunia pendidikan adalah bagian umum dan bagian keuangan.
b) Pola jalur karier bertahap
Pola jalur karir bertahap adalah suatu pola yang menunjukkan urutan berjenjang dan bertahap dari jabatan-jabatan dalamstruktur organisasi yang membentuk karier seseorang. Disini sangat diperhatikan latar belakang pendidikan dan pengalaman tugas dari masing-masing individu.
c) Jabatan struktural
Jabatan struktural adalah jabatan karier, artinya jenjang jabatan yang diperuntukkan bagi mereka yang diarahkan kejenjang lebih tinggi dalam organisasi. Disini sangat diperlukan kematangan psikologis dan kemantapan kemampuan pribadi masing-masing.
d) Tenggang waktu
Masa jabatan seseorang dalam organisasi sebaiknya ditentukan secara tegas dan tepat.
4. Pertimbangan dan perencanaan karier
a. Masa jabatan yang singkat
Jika seseorang memangku jabatan cukup singkat akan mengakibatkan:
1) Mereka belum mengenal dan menghayati pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
2) Belum terselesainya program kerja yang mungkin sudah ditetapkan
3) Penghayatan pada jabatan sebelumnya belum mendalam,tetapi sudah menyiapkan diri untuk tugas baru
4) Menimbulkan pertanyaan yang tidakmudah untuk dijawab untuk mengetahui penyebabnya.
b. Masa jabatan yang terlalu lama
Masa jabatan yang terlalu lama juga menimbulkan gejala yang tidak sehat, akibat-akibatnya antara lain:
1) Adanya rasa bosan karena kurang bervariasi
2) Sikap pasif dan apatis sehingga menurunnya motivasi dan inisiatif dalam bekerja
3) Kurang munculnya ide-ide baru/kreatifitas karena kurangnya tantangan yang berarti
4) Menimbulkan iklim kerja yang statis
c. Keinginan pindah jabatan
Berbagai penyebab keinginan pindah jabatan antara lain:
1) Seseorang yang terlalu lamamenjebat didaerah terpencil sehingga tidakmudah mengembangkan diri
2) Perasaan kurang tepat pada jabatannya sekarang
3) Merasa bahwa jabatan sekarang sekedar batu loncatan untukmeniti karier lebih lanjut
5. Informasi dan konseling pada perencanaan karier
a. Informasi karier
Adanya informasi/penjelasan yang lengkap tentang perencanaan karier bagi para anggota organisasi/karyawan memudahkan anggota organisasi untuk mengetahui ketentuan, persyaratan, jenjang/arah karier dalam organisasi. Pemberian informasi karier dapat dilakukan melalui ceramah, pidato pengarahan, surat edaran, lokakarya, seminar, social meeting, dan sebagainya.
b. Konseling karier
Menurut T. Hani Handoko, pembimbing karier perlu menyadari bahwa karier merupakan bagian dari rencana hidup seseorang sehingga rencana karier yang ditetapkan seharusnya adalah bagian integral dari rencana hidupnya. Sehingga perlu adanya bimbingan karier untuk penilaian pribadi dalam suatu organisasi. Penilaian pribadi tersebut meliputi minat, bakat, kemampuan, motivasi, semangat, ketrampilan, dan moral seseorang.
6. Manfaat perencanaan karier
Manfaat perencanaan karier dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Mengembangkan karyawan yang dapat dpromosikan. Perencanaan karir dapat membantu suplai karyawan internal terutama karyawan yang potensial.
b. Menurunkan perputaran karyawan (turnover). Perhatian terhadap karir individual dapat meningkatkan loyalitas pada organisasi tempat mereka bekerja.
c. Mengungkap potensi karyawan. Adanya perencanaan karir yang jelas mendorong individu untuk menggali potensi masing-masing untuk mencapai sasaran karir yang diinginkan.
d. Mendorong perubahan. Perencanaan karir yang baik mendorong semangat kerja karyawan dan motivasi kerja dapat dipelihara.
e. Mengurangi penimbunan. Perencanaan karir dapat membantu karyawan yang tidak berkualifikasi untuk maju.
f. Memuaskan kebutuhan karyawan. Perencanaan karir berarti adanya pengakuan dan penghargaan terhadap individu karyawan.
g. Membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan karyawan yang telah disetujui. Perencanaan karier yang efektif dan realistis mendorong para pekerja dapat lebih proaktif dan dapat mengantisipasi setiap masalah dan tantangan secara lebih baik.
B.
Pengembangan Karier
1. Pengertian pengembangan karier
Pengembangan karier adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan status seseorang dalam suatu orgnisasi pada jalur karier yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan.
2. Tahap perkembangan karier
Agar tahap perkembangan karier dapat dilakukan secara efektif maka, program karier perlu disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan unik individu dalam berbagai tahap kehidupan dan kariernya.
a. Karier awal
Karir awal/tahap pembentukan, merupakan tahap penekanan pada perhatian untuk memperoleh jaminan terpenuhinya kebutuhan di tahun-tahun awal pekerjaannya.
Hambatan-hambatan dalam karier awal (early career)
Ø Frustasi dan ketidakpuasan disebabkan harapannya tidak sesuai
Ø Adanya penyelia yang tidak kompeten
Ø Intensivitas terhadap aspek politis organisasi
Ø Kegagalan dalam memantau lingkungan internal dan eksternal
Ø Mengabaikan kriteria sesungguhnya untuk pengevaluaian kinerja dari karyawan yang baru diangkat/baru memulai berkarier
Ø Ketegangan antara profesional yang lebih muda dan yang tua serta manajer yang diakibatkan oleh perbedaan pengalaman, kebutuhan dan minat
Ø Ketidakpastian mengenai batasan loyalitas yang dituntut organisasi.
Ø Kegelisahan mengenai integritas, komitmen, dan dependensi.
b. Karier pertengahan
Tahap karier pertengahan(middle career) kerap kali meliputi pengalaman baru, seperti penugasan khusus, transfer dan promosi yang lebih tinggi, tawaran dari organisasi lain, kesempatan vasibilitas untuk jenjang organisasi yang lebih tinggi, dan pembentukan nilai seseornag bagi organisasi.
c. Karier akhir
Pemberian pelatihan kepada penerus, penguranagn beban kerja, atau pendelegasian tugas-tugas utama periode karier akhir (late career) adalah agar tetap produktif dan menyiapkan diri untuk pensiun.
3. Pengembangan karier secara individual dan organisasional
a. Pengembangan karier secara individual
Ada enam kegiatan pengembangan karier secara individual yaitu sebagai berikut:
a. Prestasi kerja
Kegiatan paling penting untuk memajukan karier adalah prestasi kerja yang baik, karena hal ini mendasari semua kegiatan pengembangan karier lainnya kemajuan karier sangat tergantungpada prestasi.
b. Exposure
Kemajuan karier juga ditentukan oleh eksposure. Eksposure berarti menjadi dikenal oleh orang-orang yang memutuskan promosi, transfer dan kesempatan-kesempatan karier lainnya. Tanpa eksposure, karyawan yang berprestasi baik mungkin tidak memperoleh kesempatan untuk mencapai sasaran-sasaran kariernya. Para menejer mendapatkan eksposure terutama melalui prestasi, laporan-laporan tertulis, presentasi lisan, kerja panitia, pelayanan masyarakat, dan bahkan lama jam kerja mereka.
1. Pengertian pengembangan karier
Pengembangan karier adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan status seseorang dalam suatu orgnisasi pada jalur karier yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan.
2. Tahap perkembangan karier
Agar tahap perkembangan karier dapat dilakukan secara efektif maka, program karier perlu disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan unik individu dalam berbagai tahap kehidupan dan kariernya.
a. Karier awal
Karir awal/tahap pembentukan, merupakan tahap penekanan pada perhatian untuk memperoleh jaminan terpenuhinya kebutuhan di tahun-tahun awal pekerjaannya.
Hambatan-hambatan dalam karier awal (early career)
Ø Frustasi dan ketidakpuasan disebabkan harapannya tidak sesuai
Ø Adanya penyelia yang tidak kompeten
Ø Intensivitas terhadap aspek politis organisasi
Ø Kegagalan dalam memantau lingkungan internal dan eksternal
Ø Mengabaikan kriteria sesungguhnya untuk pengevaluaian kinerja dari karyawan yang baru diangkat/baru memulai berkarier
Ø Ketegangan antara profesional yang lebih muda dan yang tua serta manajer yang diakibatkan oleh perbedaan pengalaman, kebutuhan dan minat
Ø Ketidakpastian mengenai batasan loyalitas yang dituntut organisasi.
Ø Kegelisahan mengenai integritas, komitmen, dan dependensi.
b. Karier pertengahan
Tahap karier pertengahan(middle career) kerap kali meliputi pengalaman baru, seperti penugasan khusus, transfer dan promosi yang lebih tinggi, tawaran dari organisasi lain, kesempatan vasibilitas untuk jenjang organisasi yang lebih tinggi, dan pembentukan nilai seseornag bagi organisasi.
c. Karier akhir
Pemberian pelatihan kepada penerus, penguranagn beban kerja, atau pendelegasian tugas-tugas utama periode karier akhir (late career) adalah agar tetap produktif dan menyiapkan diri untuk pensiun.
3. Pengembangan karier secara individual dan organisasional
a. Pengembangan karier secara individual
Ada enam kegiatan pengembangan karier secara individual yaitu sebagai berikut:
a. Prestasi kerja
Kegiatan paling penting untuk memajukan karier adalah prestasi kerja yang baik, karena hal ini mendasari semua kegiatan pengembangan karier lainnya kemajuan karier sangat tergantungpada prestasi.
b. Exposure
Kemajuan karier juga ditentukan oleh eksposure. Eksposure berarti menjadi dikenal oleh orang-orang yang memutuskan promosi, transfer dan kesempatan-kesempatan karier lainnya. Tanpa eksposure, karyawan yang berprestasi baik mungkin tidak memperoleh kesempatan untuk mencapai sasaran-sasaran kariernya. Para menejer mendapatkan eksposure terutama melalui prestasi, laporan-laporan tertulis, presentasi lisan, kerja panitia, pelayanan masyarakat, dan bahkan lama jam kerja mereka.
c.
Permintaan berhenti
Bila seorang karyawan melihat kesempatan karier yang lebih besar di tempat lain, permintaan berhenti mungkin merupakan suatu cara untuk mencapai sasaran-sasaran karier. Banyak karyawan terutama para menejer professional berpindah-pindah perusahaan sebagai strategi karier mereka. Bila hal itu dilakukan secara efektif, mereka biasanya mendapatkan promosi, kenaikan gaji, dan pengalaman baru. permintaan berhenti untuk melanjutkan karier dan pengelaman baru. permintaan berhenti untuk melanjutkan karier diperusahaan lain sering disebut leveraging. Bagai manapun juga, bila teknik ini terlalu sering digunakn akan merugikan karyawan sendiri.
d. Kesetiaan pada organisasional
Dalam banyak organisasi, orang-orang meletakan kemajuan karier tergantung pada kesetian organisasional. Kesetiaan organisasional rendah pada diri para sarjana baru (yang mempunyai pengharapan tinggi, sehingga sering kecewa dengan perusahaan pertama mereka) dan para professional (yang kesetiaan pertamanya adalah pada profesi mereka). Dedikasi jangka panjang terhadap perusahaan yang sama akan menurunkan tingkat perputaran tenaga kerja
e. Mentor dan sponsor
Seorang mentor adalah orang yang menawarkan bimbingan karier informal. Karyawan atau mentor dalam banyak perusahaan menyadari bahwa hubungan diantara merka ada dan berguna bagi pengembangan karier. Bila mentor dapat menominasi karyawan untuk kegiatan-kegiatan pengembangan karier, seperti program-program latihan, transfer, atau promosi maka dia sponsor. Seorang sponsor adalah orang dalam organisasi yang dapat menciptakan kesempatan-kesempatan pengembangan karier bagi orang-orang lain. Sering sponsor karyawan adalah atasan langsung.
f. Kesempatan untuk berkembang
Bila karyawan meningkatkan kemampuan, missal melalui program latihan, pengambilan kursus-kursus atau penambahan gelar, maka berarti mereka memanfaatkan kesempatan untuk tumbuh. Hal ini berguna untuk baik bagi departemen personalia dalam pengembangan sumberdaya manusia internal maupun bagi pencapaian rencana karier karyawan.
b. Pengembangan karier secara organisasional
Pengembangan karier seharusnya memang tidak tergantung pada usaha-usaha individual saja, sebab hal itu kadang kala idak sesuai dengan kepentingan organisasi, untuk memungkinkan sinkronnya dengan kepentingan organisasi, maka pihak bagian yang berwenang untuk itu, yakni departemen personalia, dapat mengatur perkembangan karier para karyawan/ anggota organisasi. Misalnya dengan mengadakan program-program latihan, kursus-kursus pengembangan karier dan sebagainya. Dalam hal ini lebih mantap lagi apabila pihak pimpinan organisasi dapat menyetujui dan merestui program-program departemen personalia tersebut. Sehingga dengan demikian pihak menejemen (pimpinan) selalu ”well-informed” mengenai upaya-upaya karier personalia dalam organisasinya. Proses penyusunan jalur karier dalam sebuah organisasi disebut perencanaan karier organisasional.
Sebagaian besar organisasi mengarahkan program perencanaan karier untuk mencapai satu atau lebih tujuan berikut ini:
a) Pengembangan tenaga berbakat yang tersedia secara lebih efektif
b) Kesempatan penilaian diri bagi karyawan untuk memikirkan jalur-jalur karier tradisional atau karier yang baru
c) Pengembanagn sumber daya manusia yang lebih efisien didalam dan diantara divisi dan atau lokasi geografis
d) Meningkatan kinerja malalui pengalaman on the job training yang diberikan oleh perpindahan karier vertikal dan horisontal
e) Peningkatan loyalitas dan motivasi karyawan menyebabkan merosotnya putaran karyawan
f) Sebuah metode penentuan kebutuhan pelatihan dan pengembangan
a. Pilihan pengembangan karier
Pengembangan karir itu sendiri mempunyai arah atau jalur-jalur serta pilihan yang akan memberikan kepada setiap karyawan untuk mengembangkan karirnya sepanjang arah itu mencerminkan tujuan dan kemapuannya.
Pilihan arah yang ingin dikembangkan merupakan kesempatan yang baik bagi karyawan itu sendiri di manapun dan kapanpun. Pilihan arah atau jalur pengembangan karier meliputi.
1) Enrichment
Yaitu pengembangan dan peningkatan melalui pemberian tugas atau assignment secara khusus, ini merupakan bentuk umum dari pengembangan secara khusus, ini merupakan bentuk umum dari pengembangan karier.
2) Lateral
Yaitu pengembangan kearah samping sesuatu pekerjaan yang lain yang mungkin lebih cocok dengan keterampilannya dan memberi pengalaman yang lebih luas, tentang baru serta memberikan kepercayaan dan kepuasan lebih besar.
3) Vertical
Yaitu pengembangan kearah atas pada posisi yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar di banding keahlian khusus atau keahlian khusus yang baru.
4) Relocation
Yaitu perpindahan secara fisik ke unit organisasi lain atau ke tempat yang dapat melengkapi kesempatan pertumbuhan peningkatan keinginan dan kemampuan karyawan untuk tetap pada pekerjaan yang sama.
5) Exploration
Yaitu menjelajah kearah yang lebih luas lagi kepada pilihan karier di dalam unit organisasi untuk mencari dan mengumpulkan informasi sehingga dapat menjawab pertanyaan dan membuat suatu keputusan tentang potensi karier yang akan di pilih.
6) Realignment
Yaitu pergerakan kearah bawah yang mungkin dapat merfleksikan sesuatu peralihan atau pertukaran prioritas pekerjaan bagi karyawan untuk mengurangi resiko, tanggung jawab, dan stress, menempatkan posisi karyawan tersebut kearah yang lebih tepat yang sekaligus sebagai kesempatan atau peluang yang baru.
Proses dan pengembangan karier yang dikembangkan melalui jalur-jalur seperti di atas merupakan panduan kekuatan dan kepentingan antara perusahaan dengan karyawan berdasarkan nilai-nilai kemitraan yang dapat menumbuhkan pembinaan karyawan berorientasi profesionalisme. Artinya pengembangan karier karyawan tidak semata kearah structural tetapi juga mengembangkan expertise kearah fungsional, dengan demikian posisi fungsional mempunyai peran sebagai equal partner posisi structural.
b. Peranan dan depertemen personalia dalam pengembangan karier
Pengembangan karir seharusnya tidak hanya tergantung pada usaha-usaha individu saja, karena tidak selalu sesuai dengan kepentingan organisasi. Sebagai contoh: karyawan mungkin minta berhenti atau pindah ke perusahaan lain. Atau karyawan bias tidak acuh terhadap kesempatan-kesematan karier mereka dan kebutuhan-kebutuhan staffing organisasi. Untuk mengarahkan pengembangan karier agar menguntungkan organisasi dan karyawan, departemen personalia sering mengadakan program-program latihan dan pengembangan bagi para karyawan. Di samping itu, departemen personalia perlu mengusahakan dukungan manajemen, memberikan umpan balik kepada karyawan dan membangun suatu lingkungan kerja yang kohesif untuk meningkatkan kemampuan dan keinginan karyawan dalam melaksanakan pengembangan karier.
Dukungan manajemen. merupakan berbagai usaha deparemen personalia untuk mendorong pengembangan karier akan mempunyai dampak kecil tanpa dukungan dari para manajer. Komitmen oleh manajemen puncak adalah krusial untuk mendapatkan dukungan para manajer lainnya.
Umpan balik. Tanpa umpan balik tentang upaya pengembangan karier mereka adalah sulit bagi para karyawan untuk eneruskan persiapan bertahun-tahun yang kadang-kadang dibutuhkan untuk mencapai sasaran-sasaran karier. Departemen personalia dapat memberikan umpan balik ini dalam beberapa cara, yaitu: dengan membertahukan kepada para karyawan secara periodic mengenai prestasi kerja mereka. Untuk melaksanakan ini, banyak departemen personalia mengembangkan berbagai prosedur evaluasi. Bila prestasi kerja jelek, umpan balik ini memungkinkan karyawan untuk memperbaiki usaha-usaha atau menyesuaikan rencana pengembangan karier mereka. Tipe umpan balik lain berkaitan denan program kesempatan. Seseorang yang lama tidak dipromosikan akan merasa bahwa pengembangan kariernya tidak berguna. Calon yang tidak berhasil untuk mengisi lowongan pekerjaan internal harus diberitahu mengapa mereka tidak memperoleh kesempatan karier. Umpan balik ini mempunyai tiga tujuan:
a) Untuk menjamin para karyawan yang tidak dipromosikan bahwa mereka masih bernilai dan akan dipertimbangkan untuk promosi-promosi selanjutnya, bila mereka “qualified”.
b) Untuk memperjelas mengapa mereka tidak terpilih
c) Untuk menunjukkan apa kegiatan-kegiatan pengembangan karier yang harus diambil.
Kelompok-kelompok kerja kohesif. Bagi para karyawan yang ingin mencapai suatu karier dalam organisasai, mereka harus merasa bahwa organisasi adalah lingkungan yang memuaskan. Bila mereka akan lebih terarah menuju peningkatan kesempatan-kesempatan karier dalam organisasi.
4. Tujuan pengembangan karier dan analisis karier yang sukses
Dari segi pengembangan karier, ada tiga alternatif dalam perlakuan organisasi terhadap karyawan, yaitu:
a. Organisasi perlu mempertahankan jabatan semula untuk jangka waktu tertentu dengan memeberikan ganjaran yang sesuai
b. Organisasi perlu memudahkan pekerja pada jabatan lain secara horizontal yang lebih relevan dengan peningkatan dan perbaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dialami pekerja
c. Organisai perlu menginformasikan kepada pekerja secara vertikal untuk mengisi suatu jabatan, yang secara struktural lebih tinggi kedudukannya.
Bila seorang karyawan melihat kesempatan karier yang lebih besar di tempat lain, permintaan berhenti mungkin merupakan suatu cara untuk mencapai sasaran-sasaran karier. Banyak karyawan terutama para menejer professional berpindah-pindah perusahaan sebagai strategi karier mereka. Bila hal itu dilakukan secara efektif, mereka biasanya mendapatkan promosi, kenaikan gaji, dan pengalaman baru. permintaan berhenti untuk melanjutkan karier dan pengelaman baru. permintaan berhenti untuk melanjutkan karier diperusahaan lain sering disebut leveraging. Bagai manapun juga, bila teknik ini terlalu sering digunakn akan merugikan karyawan sendiri.
d. Kesetiaan pada organisasional
Dalam banyak organisasi, orang-orang meletakan kemajuan karier tergantung pada kesetian organisasional. Kesetiaan organisasional rendah pada diri para sarjana baru (yang mempunyai pengharapan tinggi, sehingga sering kecewa dengan perusahaan pertama mereka) dan para professional (yang kesetiaan pertamanya adalah pada profesi mereka). Dedikasi jangka panjang terhadap perusahaan yang sama akan menurunkan tingkat perputaran tenaga kerja
e. Mentor dan sponsor
Seorang mentor adalah orang yang menawarkan bimbingan karier informal. Karyawan atau mentor dalam banyak perusahaan menyadari bahwa hubungan diantara merka ada dan berguna bagi pengembangan karier. Bila mentor dapat menominasi karyawan untuk kegiatan-kegiatan pengembangan karier, seperti program-program latihan, transfer, atau promosi maka dia sponsor. Seorang sponsor adalah orang dalam organisasi yang dapat menciptakan kesempatan-kesempatan pengembangan karier bagi orang-orang lain. Sering sponsor karyawan adalah atasan langsung.
f. Kesempatan untuk berkembang
Bila karyawan meningkatkan kemampuan, missal melalui program latihan, pengambilan kursus-kursus atau penambahan gelar, maka berarti mereka memanfaatkan kesempatan untuk tumbuh. Hal ini berguna untuk baik bagi departemen personalia dalam pengembangan sumberdaya manusia internal maupun bagi pencapaian rencana karier karyawan.
b. Pengembangan karier secara organisasional
Pengembangan karier seharusnya memang tidak tergantung pada usaha-usaha individual saja, sebab hal itu kadang kala idak sesuai dengan kepentingan organisasi, untuk memungkinkan sinkronnya dengan kepentingan organisasi, maka pihak bagian yang berwenang untuk itu, yakni departemen personalia, dapat mengatur perkembangan karier para karyawan/ anggota organisasi. Misalnya dengan mengadakan program-program latihan, kursus-kursus pengembangan karier dan sebagainya. Dalam hal ini lebih mantap lagi apabila pihak pimpinan organisasi dapat menyetujui dan merestui program-program departemen personalia tersebut. Sehingga dengan demikian pihak menejemen (pimpinan) selalu ”well-informed” mengenai upaya-upaya karier personalia dalam organisasinya. Proses penyusunan jalur karier dalam sebuah organisasi disebut perencanaan karier organisasional.
Sebagaian besar organisasi mengarahkan program perencanaan karier untuk mencapai satu atau lebih tujuan berikut ini:
a) Pengembangan tenaga berbakat yang tersedia secara lebih efektif
b) Kesempatan penilaian diri bagi karyawan untuk memikirkan jalur-jalur karier tradisional atau karier yang baru
c) Pengembanagn sumber daya manusia yang lebih efisien didalam dan diantara divisi dan atau lokasi geografis
d) Meningkatan kinerja malalui pengalaman on the job training yang diberikan oleh perpindahan karier vertikal dan horisontal
e) Peningkatan loyalitas dan motivasi karyawan menyebabkan merosotnya putaran karyawan
f) Sebuah metode penentuan kebutuhan pelatihan dan pengembangan
a. Pilihan pengembangan karier
Pengembangan karir itu sendiri mempunyai arah atau jalur-jalur serta pilihan yang akan memberikan kepada setiap karyawan untuk mengembangkan karirnya sepanjang arah itu mencerminkan tujuan dan kemapuannya.
Pilihan arah yang ingin dikembangkan merupakan kesempatan yang baik bagi karyawan itu sendiri di manapun dan kapanpun. Pilihan arah atau jalur pengembangan karier meliputi.
1) Enrichment
Yaitu pengembangan dan peningkatan melalui pemberian tugas atau assignment secara khusus, ini merupakan bentuk umum dari pengembangan secara khusus, ini merupakan bentuk umum dari pengembangan karier.
2) Lateral
Yaitu pengembangan kearah samping sesuatu pekerjaan yang lain yang mungkin lebih cocok dengan keterampilannya dan memberi pengalaman yang lebih luas, tentang baru serta memberikan kepercayaan dan kepuasan lebih besar.
3) Vertical
Yaitu pengembangan kearah atas pada posisi yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar di banding keahlian khusus atau keahlian khusus yang baru.
4) Relocation
Yaitu perpindahan secara fisik ke unit organisasi lain atau ke tempat yang dapat melengkapi kesempatan pertumbuhan peningkatan keinginan dan kemampuan karyawan untuk tetap pada pekerjaan yang sama.
5) Exploration
Yaitu menjelajah kearah yang lebih luas lagi kepada pilihan karier di dalam unit organisasi untuk mencari dan mengumpulkan informasi sehingga dapat menjawab pertanyaan dan membuat suatu keputusan tentang potensi karier yang akan di pilih.
6) Realignment
Yaitu pergerakan kearah bawah yang mungkin dapat merfleksikan sesuatu peralihan atau pertukaran prioritas pekerjaan bagi karyawan untuk mengurangi resiko, tanggung jawab, dan stress, menempatkan posisi karyawan tersebut kearah yang lebih tepat yang sekaligus sebagai kesempatan atau peluang yang baru.
Proses dan pengembangan karier yang dikembangkan melalui jalur-jalur seperti di atas merupakan panduan kekuatan dan kepentingan antara perusahaan dengan karyawan berdasarkan nilai-nilai kemitraan yang dapat menumbuhkan pembinaan karyawan berorientasi profesionalisme. Artinya pengembangan karier karyawan tidak semata kearah structural tetapi juga mengembangkan expertise kearah fungsional, dengan demikian posisi fungsional mempunyai peran sebagai equal partner posisi structural.
b. Peranan dan depertemen personalia dalam pengembangan karier
Pengembangan karir seharusnya tidak hanya tergantung pada usaha-usaha individu saja, karena tidak selalu sesuai dengan kepentingan organisasi. Sebagai contoh: karyawan mungkin minta berhenti atau pindah ke perusahaan lain. Atau karyawan bias tidak acuh terhadap kesempatan-kesematan karier mereka dan kebutuhan-kebutuhan staffing organisasi. Untuk mengarahkan pengembangan karier agar menguntungkan organisasi dan karyawan, departemen personalia sering mengadakan program-program latihan dan pengembangan bagi para karyawan. Di samping itu, departemen personalia perlu mengusahakan dukungan manajemen, memberikan umpan balik kepada karyawan dan membangun suatu lingkungan kerja yang kohesif untuk meningkatkan kemampuan dan keinginan karyawan dalam melaksanakan pengembangan karier.
Dukungan manajemen. merupakan berbagai usaha deparemen personalia untuk mendorong pengembangan karier akan mempunyai dampak kecil tanpa dukungan dari para manajer. Komitmen oleh manajemen puncak adalah krusial untuk mendapatkan dukungan para manajer lainnya.
Umpan balik. Tanpa umpan balik tentang upaya pengembangan karier mereka adalah sulit bagi para karyawan untuk eneruskan persiapan bertahun-tahun yang kadang-kadang dibutuhkan untuk mencapai sasaran-sasaran karier. Departemen personalia dapat memberikan umpan balik ini dalam beberapa cara, yaitu: dengan membertahukan kepada para karyawan secara periodic mengenai prestasi kerja mereka. Untuk melaksanakan ini, banyak departemen personalia mengembangkan berbagai prosedur evaluasi. Bila prestasi kerja jelek, umpan balik ini memungkinkan karyawan untuk memperbaiki usaha-usaha atau menyesuaikan rencana pengembangan karier mereka. Tipe umpan balik lain berkaitan denan program kesempatan. Seseorang yang lama tidak dipromosikan akan merasa bahwa pengembangan kariernya tidak berguna. Calon yang tidak berhasil untuk mengisi lowongan pekerjaan internal harus diberitahu mengapa mereka tidak memperoleh kesempatan karier. Umpan balik ini mempunyai tiga tujuan:
a) Untuk menjamin para karyawan yang tidak dipromosikan bahwa mereka masih bernilai dan akan dipertimbangkan untuk promosi-promosi selanjutnya, bila mereka “qualified”.
b) Untuk memperjelas mengapa mereka tidak terpilih
c) Untuk menunjukkan apa kegiatan-kegiatan pengembangan karier yang harus diambil.
Kelompok-kelompok kerja kohesif. Bagi para karyawan yang ingin mencapai suatu karier dalam organisasai, mereka harus merasa bahwa organisasi adalah lingkungan yang memuaskan. Bila mereka akan lebih terarah menuju peningkatan kesempatan-kesempatan karier dalam organisasi.
4. Tujuan pengembangan karier dan analisis karier yang sukses
Dari segi pengembangan karier, ada tiga alternatif dalam perlakuan organisasi terhadap karyawan, yaitu:
a. Organisasi perlu mempertahankan jabatan semula untuk jangka waktu tertentu dengan memeberikan ganjaran yang sesuai
b. Organisasi perlu memudahkan pekerja pada jabatan lain secara horizontal yang lebih relevan dengan peningkatan dan perbaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dialami pekerja
c. Organisai perlu menginformasikan kepada pekerja secara vertikal untuk mengisi suatu jabatan, yang secara struktural lebih tinggi kedudukannya.
5. Tanggung jawab pengembangan karier
Dalam hal tanggung jawab, pengembangan karier dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu:
1) Dengan pendekatan tradisional
• perencanaan pengembangan karier disusun dan ditetapkan oleh organisasi/ perusahaan secara sepihak.
• Pelaksanaan pengembangan karier tergantung sepenuhnya pada organisasi.
• Control hasil pengembangan karier dilakukan secara ketat oleh organisasi
• Pengembangan karier diartikan dan dilaksanakan melalui kegiatan promosi ke jenjang/ posisi yang lebih tinggi.
2) Dengan pendekatan baru
• pengembangan karier harus diterima bukan sekedar berarti promosi ke jabatan/ posisi yang lebih tinggi. Disini, pengembangan karir adalah motivasi untuk maju dalam bekerja diligkungan suatu organisasi
• sukses karier yang dimaksud diatas berarti seorang pekerja mengalami kemajuan dalam bekerja, berupa perasaan puas dalam suatu atau setiap jabatan/ posisi yang dipercaya oleh organisasi. Karena dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
• Sukses dalam pengembangan karier yang berarti mengalami kemajuan dalam bekerja, adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan/ keahlian, sehingga menjadi lebih berprestasi/ produktif sebagai pekerja yang kompetitif.
• Para pekerja harus menyadari bahwa untuk memperoleh kemajuan dalam bekerja merupakan tanggung jawabnya sendiri. Dengan kata lain, pengembangan karier berada ditangan pekerja masing-masing, yang memerlukan kemampuan mengelola (manajemen) diri sendiri.
Dari dua pendekatan seperti yang telah disebutkan diatas, pedekatan secara traditional memiliki kelemahan:
a) Pengembangan karier berlangsung tidak efektif
b) Perusahaan sulit unggul dalam lingkungan bisnis yang kompetitif.
6. Manajemen pengambangan karier
Setiap pekerja yang merencanakan pengembanagn karier perlu bersikap dan bertindak sebagai berikut:
Dalam hal tanggung jawab, pengembangan karier dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu:
1) Dengan pendekatan tradisional
• perencanaan pengembangan karier disusun dan ditetapkan oleh organisasi/ perusahaan secara sepihak.
• Pelaksanaan pengembangan karier tergantung sepenuhnya pada organisasi.
• Control hasil pengembangan karier dilakukan secara ketat oleh organisasi
• Pengembangan karier diartikan dan dilaksanakan melalui kegiatan promosi ke jenjang/ posisi yang lebih tinggi.
2) Dengan pendekatan baru
• pengembangan karier harus diterima bukan sekedar berarti promosi ke jabatan/ posisi yang lebih tinggi. Disini, pengembangan karir adalah motivasi untuk maju dalam bekerja diligkungan suatu organisasi
• sukses karier yang dimaksud diatas berarti seorang pekerja mengalami kemajuan dalam bekerja, berupa perasaan puas dalam suatu atau setiap jabatan/ posisi yang dipercaya oleh organisasi. Karena dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
• Sukses dalam pengembangan karier yang berarti mengalami kemajuan dalam bekerja, adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan/ keahlian, sehingga menjadi lebih berprestasi/ produktif sebagai pekerja yang kompetitif.
• Para pekerja harus menyadari bahwa untuk memperoleh kemajuan dalam bekerja merupakan tanggung jawabnya sendiri. Dengan kata lain, pengembangan karier berada ditangan pekerja masing-masing, yang memerlukan kemampuan mengelola (manajemen) diri sendiri.
Dari dua pendekatan seperti yang telah disebutkan diatas, pedekatan secara traditional memiliki kelemahan:
a) Pengembangan karier berlangsung tidak efektif
b) Perusahaan sulit unggul dalam lingkungan bisnis yang kompetitif.
6. Manajemen pengambangan karier
Setiap pekerja yang merencanakan pengembanagn karier perlu bersikap dan bertindak sebagai berikut:
a. Memilih bidang pekerjaan
b. Memahami dan meneriam kedudukan yang sekarang
c. Merencanakan jalan keluar
Manajemen pengembangan karier berlangsung secara dua arah:
Manajemen pengembangan karier berlangsung secara dua arah:
1.
Arah
pertama harus datang dari para pekerja dengan aktif merencanakan dan melakukan
kegiatan ke arah kemajuan dan perkembangan untuk mewujudkan karier yang sukses
2.
Arah
kedua dalam pengembangan karier harus datang dari organisasi untuk membantu dan
memberi peluang bagi pekerja yang potensial dalam mengembangkan karier
Bantuan organisasi dalam pengembagan karier dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
Bantuan organisasi dalam pengembagan karier dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a) organisasi harus menempatkan para pekerja
sebgai pertner yang harus dibantu sepenuhnya dalam mengembangkan kariernya
b) organisai wajib membantu para pekerja untuk
mengetahui kemampuan dan keterampilan untuk melaksanakan pekerjaan
c) organisasi perlu memberikan dorongan kepada
para pekerja agar menegelola kariernya sejalan dengan strategi organisasi dan
pengembnagannya
d) data yang dimiliki organisasi untuk
perencanaan SDM sebagai keputusan masa mendatang dapat dipadankan dengan tujuan
pekerja dalam manajemen pengambangan karier
e) organisasi harus memepergunakan data hasil
penilaian kerja agar dapat menempatkan pekerja secara tepat untuk jabatan
tertentu
f) hubungan kebutuhan pengembnagan karier
pekerja secara individu dengan kebutuhan pengambangan kerier organisasi harus
sejalan
7. Desain program pengembangan karier
Desain program pengembangan karier ini akan
membantu para manajer dalam membuat keputusan yang kreatif mengenai
pengembangan karier para pekerja. Untuk itu perlu dibedakan atas tiga fase
dalam mendesain program pengembangan karier yang terdiri dari:
1) Fase perencanaan
1) Fase perencanaan
Fase ini merupakan aktivitas menyelaraskan
rancangan pekerja dan rancangan organisasi mengenai pengembangan karir di
lingkungannya. Tujuan dari fase ini adalah untuk mengidentifkasi kelebihan dan
kekurangan pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dengan demikian dapat
dilakukan berbagai usaha untuk membantu para pekerja antara lain:
• bantuan memilih jalus pengembangan karier sesuatu dengan yang tersedia.
• Memperbaiki kekurang atau kelemahan bagi pekerja yang menunjukan kesungguhan dan membutuhkannya untuk mewujudkan karier yang sukses.
2) Fase pengarahan
Fase ini bermaksud untuk membantu para
pekerja agar mampu mewujudkan perncanaannya menjadi kenyataan, yakni dengan
memantapkan tipe karieryang dinginkannya, dan mengatur langkah-langkah yang
harus di tempuh untuk mewujudkannya. Ada dua cara pendekatan yang dapat
dilakukan yaitu:
a. pengaranan dengan menyelenggarakan konseling karier.
b. Perbedaan dengan menyelenggarakan playanan informasi yang mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. pengaranan dengan menyelenggarakan konseling karier.
b. Perbedaan dengan menyelenggarakan playanan informasi yang mencakup kegiatan sebagai berikut:
·
sistem
pemberitaan pekerjaan sasaran terbuka.
·
Pengarahan
ini dilakukan dengan memberikan informasi untuk semua pekerja khususnya
mengenai pengembangan karier.
·
Menyediakan
informasi inventarisasikemapuan pekerja, yang dapat dan boleh diketahui oleh
masing-masing pekerja.
·
Informasi
tentang aliran karier berupa chart yang menunjukan kemungkinan arah dan
kesempatan yang tersedia di dalam organisasi.
·
Selenggarakan
pusat sumber pengembangan karier merupakan himpunan bahan-bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan jabatan, dan lain-lain.
3) Fase pengembangan
Fase ini adalah tenggang waktu yang
diperlukan pekerja untuk memenuhi persyaratan yang memungkinkannya melakukan
gerak dari suatu posisi ke posisi lain yang menginginkanya. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan antara lain:
a.
Menyelenggarakan system mentor
Fase ini adalah cara pengembangan dengan
menyelenggarakan hubungan antara pekerja senior dan yunior sebagai kolega
(teman kerja). Pekerja senior bertindak sebagai mentor yang bertugas memberikan
advis, keteladanan, membantu dan mengatur dalam menghubungi pejabat untuk
mendapatkan informasi informasi, dan memberikan dukungan secara umum, dalam
usaha pekerja yunior mengembangkan karier.
b. Pelatihan
b. Pelatihan
Pelatihan dalam rangka pengembangan karier
bagi para pekerja sangat luas ruang cakupnya, tidak sekedar yang diselenggarakan
secara lembaga dan formal di kelas, laboratorium, dll.
c. Rotasi jabatan
c. Rotasi jabatan
Rotasi jabatan dilakukan dengan cara
menugaskan pekerja untuk berbagi janatan melalui proses pemindahan secara
horizontal.
d.
Program beasisiwa/ ikatan dinas
Organisasi atau perusahaan dalam menghadapi
lingkungan bisnis yang dapat berubah secara cepat dan semakin kompetitif,
setiap saat dan juga dimasa mendatang memerlukan sejumlah pekerja yang mampu
mengantisipasinya. Kebutuhan itu dapat di atasi dengan menyediakan beasisiwa/ikatan
dinas bagi para pekerja sebagai pendukung upayanya dalam meningkatkan
pendidikan di luar organisasinya.
8. Karier ganda
Menghindari karier ganda diperlukan manajemen
sebagai berikut:
a) Diselenggarakannya jadwal kerja yang
fleksibel agar karier ganda dilakukan pada waktu yang berbeda.
b) Adanya programkonseling dalam keluarga yang
bekerja untukmenghindari tanggung jawab pekerjaan oleh kedua pihak yang dapat
erugikan organisasi
c) Menyelenggarakan pelatihan supervisor untuk
melakukan konseling
d) Menetapkan struktur organisasi yang menunjang
dan mempermudah pemindahan pekerja untukmenghindarikarier ganda.
Kebijakan yang ditempuh organisasi untuk
menyelesaikan masalah karier ganda:
a) Tidak memperkerjakan suami istri dalam satu
organisasi
b) Jika suami dan istri sama pentingnya,maka
dapat ditempatkan pada kantor yang berbeda
c) Tidak mengangkat suami-istri sebagai
supervisor untuk menghindari pembagian insentif yang tidak obyektif
9. Manfaat pengembangan karier
Pengembangan
karier pada dasarnya memiliki manfaat yang hampir sama dengan apa yang
dikemukakan di atas, namun manfaat pengembangan ini ada kekhususan karena sudah
menyangkut kegiatan pendidikan dan latihan.
Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan kemampuan karyawan
Dengan pengembangan karier melalui pendidikan dan latihan, akan lebih meningkat kemampuan intelektual maupun ketrampilan karyawan yang dapat disumbangkan kepada organisasi.
Dengan pengembangan karier melalui pendidikan dan latihan, akan lebih meningkat kemampuan intelektual maupun ketrampilan karyawan yang dapat disumbangkan kepada organisasi.
b) Meningkatnya suplay karyawan yang
berkemampuan
Jumlah karyawan yang lebih tinggi kemampuannya dari sebelumnya akan menjadi bertambah, sehingga memudahkan pihak pimpinan untuk menempatkan dalam job atau pekerjaan yang lebih tepat. Dengan demikian suplay karyawan yang berkemampuan bertambah dan jelas akan dapat menguntungkan organisasi.
Jumlah karyawan yang lebih tinggi kemampuannya dari sebelumnya akan menjadi bertambah, sehingga memudahkan pihak pimpinan untuk menempatkan dalam job atau pekerjaan yang lebih tepat. Dengan demikian suplay karyawan yang berkemampuan bertambah dan jelas akan dapat menguntungkan organisasi.
10.
Perubahan
paradigma dalam pengembangan karier
Dalam pengembangan karier yang dilakukan
karyawan adalah mengikuti pelatihan yang diberikan, menunggu kesempatan
kenaikan jabatan, dan mengikuti ketentuan organisasi untuk menduduki jabatan
yang ditawarkan. Pengembangan karier yang bersifat vertikal, dimungkinkan
karena bentuk organisasi yang bersifat birokratis.
Tantangan eksternal seperti globalisasi, persaingan, kemajuan, teknologi dan tuntunan pelanggan mendorong suatu organisasi untuk berubah. Organisasi melakukan rekonstruksi, perampingan organisasi, desentralisasi, pemanfaatan IT untuk menanggulangi masalah situasi ekonomi dan persaingan yang tajam.
Dengan memberikan dukungan terhadap perencanaan dan pengembnagan karier, manajer sumber daya manusia dapat memperoleh sejumlah keuntungan seperti berikut ini:
Tantangan eksternal seperti globalisasi, persaingan, kemajuan, teknologi dan tuntunan pelanggan mendorong suatu organisasi untuk berubah. Organisasi melakukan rekonstruksi, perampingan organisasi, desentralisasi, pemanfaatan IT untuk menanggulangi masalah situasi ekonomi dan persaingan yang tajam.
Dengan memberikan dukungan terhadap perencanaan dan pengembnagan karier, manajer sumber daya manusia dapat memperoleh sejumlah keuntungan seperti berikut ini:
1. Menyatukan strategi dengan permintaan stafing
internal
2. Mengembnagkan pekerja sedemikian rupa
sehingga dapat dipromosikan
3. Memfasilitasi penempatan pekerja
4. Membantu menciptakan keragaman pekerjaan
5. Memperkecil perpindahan
6. Memperoleh pekerja yang berpotensi
7. Memajukan pertumbuhan individu
8. Mengurangi kesalahan dalam penempatan
9. Memuaskan kebutuhan individu
10. Membantu rencana tindakan afirmatif
BAB
III PENUTUP
Perencanaan karier adalah suatu perencanaan
tentang kemungkinan-kemungkinan seorang karyawan/anggota organisasi sebagai
individu meniti proses kenaikan pangkat/jabatan sesuai persyaratan dan
kemampuannya.
Karier meripakan suatu yang harus diwujudkan dan terus dikejar bagi diri karyawan, dan keadaan karier macet harus dihindarkan. Untuk itu manejmen harus secara bersungguh-sungguh memperhatikan dan memperlakukan karyawan dengan menghargai potensi prestasinya.
Penggunaan arah dan jalur proses dan pengembangan karier sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan antara karyawan dengan perusahaan kearah saling menguntungkan.
Proses dan pengembangan karier harus dapat memberikan kepastian kepada karyawan lebih transparan dan terjamin serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan semua kemampuan, intelektual, wawasasan, motivasi, dan dedikasi karyawan pada posisi pekerjaan yang diemban.
Lewat proses dan pengembangan karier tersebut dapat diupayakan pembinaan karyawan kearah ”the right on the right place”
Karier meripakan suatu yang harus diwujudkan dan terus dikejar bagi diri karyawan, dan keadaan karier macet harus dihindarkan. Untuk itu manejmen harus secara bersungguh-sungguh memperhatikan dan memperlakukan karyawan dengan menghargai potensi prestasinya.
Penggunaan arah dan jalur proses dan pengembangan karier sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan antara karyawan dengan perusahaan kearah saling menguntungkan.
Proses dan pengembangan karier harus dapat memberikan kepastian kepada karyawan lebih transparan dan terjamin serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan semua kemampuan, intelektual, wawasasan, motivasi, dan dedikasi karyawan pada posisi pekerjaan yang diemban.
Lewat proses dan pengembangan karier tersebut dapat diupayakan pembinaan karyawan kearah ”the right on the right place”
DAFTAR PUSTAKA
Jusuf irianto, 2001. tema-tema pokok
manajemen sumber daya manusia, surabaya: insan cendekia.
Handoko, T Hani. 1996. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Martoyo, Susilo. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 3. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Mangkuprawira. sjafri. 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia Strategik. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia
Nawawi, H. Hadari. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadja Mada Universitas Press.
Soetjipto, budi W dkk. 2002. Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Amara Books
Handoko, T Hani. 1996. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Martoyo, Susilo. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 3. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Mangkuprawira. sjafri. 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia Strategik. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia
Nawawi, H. Hadari. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadja Mada Universitas Press.
Soetjipto, budi W dkk. 2002. Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Amara Books
Tidak ada komentar:
Posting Komentar